Jumat, 27 Februari 2009

KESENDIRIAN YANG TAK SEPI
Posted by Anatta on 2008-11-18 [ print artikel ini | beritahu teman | dilihat 197 kali ]
Ketika Anda sendirian, apakah Anda benar-benar sepi dari segala aktivitas? Belum tentu; sekurang-kurangnya secara mental, Anda masih saja tetap rame, tetap gemuruh. Anda tidak kesepian dalam kesendirian Anda. Banyak orang takut sendiri; mereka takut kesepian. Mereka menyangka kalau hidup sendiri, hidup menyendiri, mereka akan kesepian.

Menyepi, sendiri di tempat sunyi yang terasing —apakah itu di tengah hutan, di pegunungan, di goa-goa dan sebagainya— memang sangat kondusif bila digunakan untuk merenung. Akan tetapi jangan lupa, keheningan tidaklah terdapat di tempat-tempat sunyi; begitu pula keruwetan, ia tidak hanya ada di tempat-tempat rame. Anda bisa merasa kesepian kendati berada di tengah-tengah kerumunan pasar, atau sebaliknya, gemuruh di dalam kendati berada di tengah samudera luas. Ia ada disini, di benak Anda, di hati Anda. Bila yang Anda dambakan itu adalah keheningan dan kejernihan, dan bukannya lari dari keramaian, maka sebetulnya Anda tidak perlu ke tempat sunyi. Anda bisa menikmati keheningan dan kejernihan hati dimana saja, kalau Anda tahu bagaimana mengheningkannya, menjernihkannya.
Pikiran yang dibiarkan bebas tanpa pegangan, tanpa ada satu objek yang diperhatikannya, akan cenderung ramai dan liar. Ia tidak dengan mudah disepikan kendati Anda bertahun-tahun tinggal di tempat-tempat sunyi dan membisu. Pada awalnya, memang pengaruh eksternal terhadap kondisi internal sangat terasa. Di tempat sunyi kita akan merasa jauh lebih tenang dibanding di tempat rame. Akan tetapi itu hanya terasa pada awalnya saja, pada masa transisi saja. Setelah itu, setelah Anda menikmati ketenangan itu, gemuruh di dalam akan terdengar lebih jelas dibanding sebelumnya, dibanding ketika Anda masih di tempat ramai.
Mungkin sampai saat ini masih ada yang berpikir bahwa, "Dengan menyendiri di tempat sunyi, yang terasing, saya akan lebih khusuk, akan lebih jernih....". Sangkaan ini ternyata tidak benar. Ini dapat Anda buktikan langsung. Duduklah, amati batin Anda sendiri, Anda akan mengerti dan dapat menerima apa saya katakan ini. Oleh karenanya, buanglah jauh-jauh sisa anggapan keliru itu.
Batin yang tidak terlatih selalu rame. Dalam keramaian di dalam ini, kendati Anda membisu bertahun-tahun lamanya di tempat-tempat sunyi, tidak melakukan aktivitas yang berarti kecuali yang terkait langsung dengan kebutuhan fisik Anda saja, kesendirian Anda itu hanyalah kesunyian semu semata. Anda tidak dapat membohongi diri Anda sendiri dalam hal ini.
Karena terbiasa di tempat ramai, dimana Anda nyaris tidak pernah diam secara fisikal maupun verbal, sejenak berada di tempat sunyi memang terasa "lain". Ada sebentuk ketenangan temporer yang memasuki batin Anda. Namun itu umumnya tidak berlangsung begitu lama. Ingatan-ingatan Anda, kesan-kesan mental yang terbentuk dari pengalaman ragawi Anda, dari kontak-kontak fisikal dan mental Anda sebelumnya, segera akan mengusik ketenangan Anda itu. Mereka bermunculan satu per satu tak henti-hentinya dan berulang-ulang kali, dengan tanpa terpolakan dan tanpa terbendung.
Seorang meditator pemula mungkin butuh pengkondisi luar berupa tempat sunyi seperti itu. Ini diperlukan hanya untuk memudahkannya melalui masa-masa transisi. Untuk segera masuk dalam keheningan dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi seperti biasanya, sangatlah sulit. Jadi pada awalnya, memang butuh pengkondisi luar yang kondusif. Selebihnya, tidak lagi.
Surakarta, 24 Oktober 2002.

SEHARUSNYA BUKAN VALENTINE DAY, MELAINKAN 12 RABIUL AWAL !

SEHARUSNYA BUKAN VALENTINE DAY, MELAINKAN 12 RABIUL AWAL !.

By imancyber



“Belum pernah merasakan kasih sayang” ? kacihaaan deh …
Ada apa dengan Valentine Day,- Kenapa harus Valentine Day yg menjadi para generasi muda terngiang di otaknya, di sini saya mencoba berbagi informasi kepada para pembaca opini Lampung Post, serta membuka paradigma mengenai Valintine day. Ada banyak opini mengenai asal mula munculnya Valentine Day. “SekelumitCerita” Ingatlah..Saudaraku.. Apa dibalik Hari Valentine
Valentine berasal dari seorang yang bernama Santo Valentine. Santo Valentine tinggal di Roma pada abad ke-3. Kaisar Claudius memerintahkan agar seluruh pemuda untuk dapat menandatangani persyaratan untuk menjadi prajurit yang siap untuk berperang, ternyata harapan kaisar Claudius gagal karena seluruh pemuda tidak ada yang menginginkan menandatangani persyaratan itu, alasannya mereka tidak ingin meningalkan istri dan keluarganya.
Kaisar Claudius mempunyai Ide Gila, dia mengeluarkan surat keputusan yang isinya larangan para pemuda untuk menikah. Dengan dikeluarkannya surat keputusan itu harapannya pemuda dapat bergabung menjadi prajurit Roma, Sebaliknya, surat keputusan tersebut tidak mendapat respon yang begitu bagus dari pemuda di Roma mereka menganggap keputusan tersebut benar-benar kejam.
Pekerjaan sehari-hari Santo Valentine ialah menikahkan pasangan-pasangan kekasih. Rutinitas Santo Valentine tetap di lakukan walaupun sudah ada larangan dari Kaisar Claudius. Suatu malam ketika Santo Valentine menikahi pasangan kekasih di gereja, Santo Valentine mendengar langkah kaki, ternyata pasukan prajurit Kaisar Claudius yang hendak menangkap Santo Valentine. Pasangan yang dinikahi dapat melarikan diri dan Santo Valentine sendiri tertangkap.
Banyak pengunjung yang berdatangan ingin menjenguk, dan memberikan bunga ke dalam sel penjara serta memberikan dukungan dan semangat, mereka percaya dengan kekuatan cinta. Dan akhirnya di hukum mati dan meniunggalkan catatan kecil yang isinya ucapan terima kasih terdalamnya untuk persahabatan, Valentine menandatangani surat itu dengan kata-kata, “Cinta dari Valentine-mu”. Surat itu ditulis pada hari dia akan dihukum mati, 14 Februari 269 A.D. Hukuman mati yang dia terima dipukuli hingga mati dan kepalanya dipenggal.
Sebelumnya, tradisi diadakan di Roma pada tanggal 14 Februari sebagai pemujaan Dewa Juno serta Ratu dari dewa-dewi bangsa Roma, rakyat Roma percaya Juno juga dewi pernikahan yang kemudian dilanjutkan pada tanggal 15-nya dengan mengadakan Festival Lupercalia (pesta pemujaan dewa berhala) Jadi memang hampir seluruh dunia percaya bahwa bulan februari adalah bulannya cinta bagi para pasangan, Kartu Valentine disebarkan oleh kaum Kristen dan saat ini telah dapat dinikmati oleh semua orang diberbagai belahan dunia. Itulah sekelumit cerita mengenai Valentine Day, hari kematian Santa Valentine.
Yang dipertanyakan untuk para generasi muda muslim apakah mengetahui tanggal 12 Rabiul Awal ? Kenapa bukan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang di ingat.
Sudah terasakan generasi muda kurang memperhatikan hal seperti itu, ada apa sebenarnya? saya sebagai generasi muda sangat miris mendengarnya kalangan pemuda berlomba lomba untuk meluapkan hasratnya, memberikan harapan-harapan yang terkadang susah masuk logika. Percintaan pemuda mulai di luar jalur batas-batas etika ketimuran, aqidah di lupakan sebatas pormalitas. Inikah Pemuda sekarang ? Hai saudaraku mencobalah hidup yang normal sewajarnya, jangan terlalu berlebih-lebihan mengagung-agungkan pasangan, Sepatutnya kita sebagai generasi muda terus berprestasi menyongsong kehidupan yang lebih cerah, kita masih muda masa depan menanti kita bangsa ini menunggu kreatifitas dan prestasi kita. Tak lupa menanamkan nilai keislaman kita di kehidupan yang global.
Peranan sesama muslim untuk saling mengingatkan, dan untuk hal-hal yang positif seharusnya para generasi muda muslim saling tukar menukar informasi positif, agar dapat mengetahui hal yang bukan tradisi Umat Islam. Tentunya kembali tradisi luar yang menyingahi Negara Indonesia yang mayoritas penduduk muslim di Dunia, kurangnya kemauwan untuk mengupdate informasi yang berkembang, ini menjadi pembelajaran umat muslim agar tidak mudah terpengaruh hak-hal yang berkembang, yang kita sendiri belum mengetahui dan hanya sekedar ikut-ikutan saja.
Anak usia dini mengalami akselerasi di Informasi Teknologi sampai hal-hal yang tabu, kenapa demikian, karena semua kemampuan yg ada didalam diri setiap manusia yang lahir di era yang moderen dan canggih apa pun dapat diakses dengan mudah. Tapi jangan menyalahkan teknologi, yang harus diketahui kita harus siap untuk menerima informasi dan perubahan zaman, Jaringan Islam Liberal sudah ada di dalam kehidupan kita, peran keluarga yang dapat memberikan arahan dengan baik. Sebenarnya umat sesama manusia harus saling mengasihi setiap hari agar dapat lebih menjaga hubungan silaturahmi dan kekeluargaan agar tidak bercerai-berai.

Selasa, 03 Februari 2009

Artikel Teknologi Informatika

Sudah saatnya SARJANA KOMPUTER Indonesia GO INTERNATIONAL


Banyak orang di Indonesia kesulitan mencari kerja, sementara itu katanya di luar negeri banyak lowongan kerja terutama untuk bidang yang berhubungan dengan teknologi informasi, bidang "high-tech". Betulkah demikian ? dan apa mungkin lulusan Perguruan Tinggi Indonesia bisa bekerja di luar negeri?
Mengutip sebuah survey yang telah dilakukan oleh PT Work IT Out yang dipimpin oleh Heru Nugroho, meski masih banyak dibutuhkan di dalam negeri, peluang kerja bagi tenaga kerja TI untuk keluar negeri pun terbuka luas, Kesempatan tetap terbuka, apalagi didukung oleh faktor bergesernya dominasi India yang dikenal sebagai sumber SDM TI, tawaran gajinya pun cukup menggiurkan. Bayangkan, untuk tenaga kerja TI kelas pemula sampai menengah, perusahaan di luar negeri berani menawarkan upah sekitar US$ 400 sampai US$ 600 (sekitar Rp 3, 6 juta sampai Rp 5,5 juta) per bulan. Di kelas yang sama di dalam negeri, paling mereka hanya ditawarkan gaji sekitar Rp 900.000 sampai Rp 2,5 juta per bulannya. Itu baru yang pemula. Untuk yang sudah punya keahlian spesifik dan berpengalaman, di luar negeri gajinya bisa mencapai US$ 2.000 - 2.500 (sekitar Rp 18,2 juta sampai 22,7 juta) per bulan. Tiga kali lipat dibanding di dalam negeri yang pasarannya sekitar Rp 7 sampai 10 juta.
Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di lokalan. Kebetulan kebanyakan yang dicari adalah engineer untuk networking dan wireless serta programmer. Kelihatannya trend yang sedang terjadi adalah orang atau perusahaan ingin membuat perangkat networking seperti produk dari Cisco. Untuk itu memang dibutuhkan banyak orang yang dapat membuat program dalam level C, C++ dengan real-time OS dan memiliki latar belakang (pengetahuan) di bidang telekomunikasi dan networking. Lowongan webmaster, UNIX administrator pun tidak sedikit. Jenis-jenis lowongan pekerjaan yang ditawarkan sangat banyak . Hanya saja, tenaga TI yang memiliki kemampuan terspesialisasi seringkali dicari, sayangnya agak susah mencari tenaga kerja yang sudah spesifik ini, dan kalau saya tuliskan mungkin daftar lowongan tersebut sepanjang artikel ini.
Nah, kalau melihat situasi seperti itu akan sangat mengenaskan jika orang Indonesia yang bergerak di bidang Teknologi Informasi tidak bisa mendapatkan pekerjaan semacam itu. Masalahnya memang tidak mudah. Mungkin memang kemampuan hasil perguruan tinggi di Indonesia tidak memadai ? Berapa banyak sih perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menghasilkan "software engineer" yang handal ? Mungkin di Indonesia baru mampu menghasilkan programmer kelas papan bawah ? Jika memang anda programmer atau software engineer yang handal, apakah anda mengenal istilah-istilah ini: lex, yacc, compiler construction, grammer, token, CMM, dan sebagainya?
Sebagai gambaran bahwa kebutuhan terhadap tenaga IT di bidang industri software baik di luar negeri maupun di dalam negeri, adalah sebagai berikut : Tenaga IT di luar negeri, untuk tahun 2015, diperkirakan 3,3 juta lapangan kerja. Sedangkan Tenaga IT domestik, berdasarkan proyeksi pertumbuhan industri pada tahun 2010 target produksi 8.195.33 US $, dengan asumsi produktifitas 25.000 perorang, dibutuhkan 327.813 orang
Selain contoh di atas, kita ambil negara lain seperti Jerman. Mengapa negara sekaliber Jerman mesti mendapat suplai tenaga TI dari luar negaranya ? Kurang sumber daya ? Dugaan itu ternyata betul. Perkembangan pesat teknologi informasi memang tidak hanya membuat ketar-ketir negara dunia ketiga, negara "dunia pertama" macam Jerman pun mulai merasakan akibatnya: kekurangan pakar TI yang tidak bisa didapatkan dari kalangan sendiri.
Maklum, jumlah yang dibutuhkan juga tak bisa dibilang sedikit. Tercatat saat ini sekitar 75.000 orang diperlukan oleh Jerman. Itu baru Jerman, belum negara lain. Tahukah Anda ternyata negara sebesar dan semaju Amerika Serikat pun masih mengimpor tenaga TI dari negara-negara di Asia, seperti India dan Cina. Nah, ini namanya peluang kan?
Lowongan dari luar Indonesia untuk tenaga kerja TI kita banyak. yang tercatat pada kami bisa puluhan ribu lowongan," jelas Edi S. Tjahya, managing director JobsDB.com - sebuah portal informasi lowongan kerja. Lowongan sebanyak itu pun baru untuk wilayah Asia Pasifik. Secara kualitatif, kondisi sumber daya manusia Indonesia di bidang IT tidak kalah kualitas dibanding SDM dari negara seperti India sekalipun, papar Heru Nugroho, CEO PT Work IT Out, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja TI ke luar negeri.
Di dalam negeri sendiri untuk layanan informasi publik, tenaga IT yang dibutuhkan untuk sektor ini, ialah tenaga untuk mengelola e-government. Perkembangan kebutuhan terhadap tenaga untuk mengelola e-governmet akan sejalan dengan perkembangan implementasi e-governement. Sebagai gambaran menyeluruh terhadap kebutuhan ini, dapat dilihat dari jumlah lembaga pemerintah pusat, kabupaten/kota dan lembaga lainnya. Berdasarkan kasus pengelola e-government di Kalimantan Timur, yang mengelola e-governemt untuk 14 layanan, menggunakan tenaga IT 11 orang, maka untuk seluruh instansi pemerintah, memerlukan paling sedikitnya memerlukan 5.489.
Sedangkan layanan komersial, tenaga IT di bidang ini ialah personil yang bekerja di bidang jasa di berbagai bidang dimana transaksi dengan konsumen dan kliennya menggunakan dukungan teknologi telematika, seperti e-bisnis, e-health yang dikelola swasta, e-education yang dikelola swasta, media saiber. Untuk media saiber, jika seluruh media cetak dan elektronik yang ada sekarang akan mengembangkan media saiber dengan perkiraan satu media menggunakan 21 tenaga IT, maka dibutuhkan 40.341.
Sebagai gambaran kebutuhan tenaga IT di bidang industri di bawah ini dikemukakan dalam konsep blue book yang disusun ITB (lihat www.bhtv.web.id).
Untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang IT dewasa ini diisi oleh tenaga-tenaga lulusan pendidikan tinggi baik dari jurusan teknologi informasi atau jurusan lainnya, sekolah kejurunan dan kursus-kusus di bidang telematika. Perguruan Tinggi di bidang TI atau telematika tampak beraneka ragam baik dari konsentrasi bidang kajian mapun jenjang kelembagaannya. Dilihat dari konsentrsai kajian, terdapat keanekaragaman antara lain, ilmu komputer, teknologi komputer, manajemen informatika, teknik informatika, sistem informasi, komputerisasi akutansi. Jumlah perguruan Tinggi yang termasuk dalam kategori di atas berdasarkan data Depertemen Pendidikan Nasional, terdapat 476 Perguruan Tinggi (berdasarkan data Depdiknas). Jumlah lulusan di bidang ini, menurut data Depdiknas dari 256 Perguruan Tinggi negeri dan swasta setiap tahun mengasilkan 16.430.
Data lain (sumber aptikom)menunjukkan pada saat ini terdapat sekitar 200 perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program studi terkait dengan teknologi informasi untuk jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral serta sekitar 300 perguruan tinggi untuk jenjang pendidikan diploma-III dan diploma-IV, yang keseluruhannya menghasilkan kurang lebih 25,000 lulusan setiap tahunnya. Banyak pengamat industri menilai bahwa jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan industri yang sebenarnya, yang dapat mencapai sekitar 500,000 per tahun. Berdasarkan estimasi perencanaan, keberadaan ini baru akan dicapai pada tahun 2020 yaitu pada saat jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun (United Nations, 2002) – dengan asumsi bahwa sekitar 7% mahasiswa mengambil disiplin ilmu teknologi informasi.
Perlu diperhatikan bahwa keseluruhan program studi informatika tersebut merupakan komunitas pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan kelompok yang oleh United Nations diistilahkan sebagai IT Workers atau orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan formal (akademis) terkait dengan bidang teknologi informasi. Sementara itu, program studi lain – seperti ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum, dan lain sebagainya – yang dalam kurikulumnya memperkenalkan pula penggunaan teknologi informasi sebagai penunjang pelaksanaan aktivitas sehari-hari digolongkan sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan ITEnabled Workers.
Upaya pengembangan SDM dari dimensi kualifikasinya diarahkan agar menjadi SDM yang profesional, sehingga pengembangan SDM mengarah pada pengembangan profesi atau berbasis kompetensi. Artinya diperlukan suatu pengembangan kurikulum yang disusun berdasarkan kolaborasi antara muatan lokal dengan muatan internasional, supaya lulusan PTS tersebut memiliki kompetensi yang diperlukan untuk bisa bekerja dan merebut peluang kerja di luar negeri.
Makin banyak perguruan tinggi swasta yang mengembangkan program gelar ganda. Strategi meluncurkan program gelar ganda di beberapa universitas dalam negeri semakin gencar dilakukan. Tak hanya universitas negeri namun juga melibatkan pihak swasta. Strategi ini diterapkan untuk mempersiapkan lulusannya di era perdagangan bebas dan mensejajarkan universitas dalam negeri dengan luar negeri. Program gelar ganda memungkinkan mahasiswa untuk mendapat dua gelar. Satu gelar dari universitas dalam negeri, sedangkan satu lagi dari luar. Adanya pengakuan dari luar negeri ini meningkatkan daya saing mahasiswa atau lulusan. Karena harus diakui, hingga kini lulusan dalam negeri masih dipandang sebelah mata di pasar bebas.
Dibukanya keran perdagangan bebas juga memungkinkan universitas luar negeri membuka cabang di Indonesia. Kompetisi tentu saja akan semakin ketat karena tidak hanya bersaing dengan sesama universitas lokal, para pendatang luar juga harus dihadapi. Kerjasama tersebut pada dasarnya merupakan upaya unversitas untuk diakui di dunia Internasional dan mensejajarkan diri dengan unversitas dari luar negeri. Untuk mendapatkan gelar ganda, mahasiswa bisa mengambil program 2+1, yaitu mengikuti dua tahun pengajaran di dalam negeri dan satu tahun di luar negeri. Atau dengan program 3+0, sehingga para mahasiswa tidak perlu pergi ke luar negeri. Pengajaran diberikan di dalam negeri dengan tenaga pengajar yang dimodifikasi antara lokal dan juga mendatangkan dosen dari luar negeri. Setelah selesai, mahasiswa akan mendapat gelar sarjana bachelor of Computer Science dari luar negeri, serta gelar Sarjana Komputer dari dalam negeri.
Dengan pola inilah, maka PTS dapat menghasilkan Sarjana Komputer Indonesia yang dapat GO International untuk meraih peluang kerja diluar negeri, sehingga akan meningkatkan citra Bangsa Indonesia, tidak hanya sebagai ekportir tenaga PRT akan tetapi juga sebagai exportir tenaga ahli di bidang teknologi informasi.

Cerpen Dewasa


Cerpen Oleh: Retno Wi

Anak dalam gendongan Sri belum diam. Semakin Sri berusaha menenangkannya, tangis anak itu semakin pecah. Sri mulai kuwalahan untuk membujuknya.“Cup-cup, Nak. Sebentar lagi Bapak datang.” Bujuk Sri sambil menimang-nimang dalam gendongan.“Mungkin dia lapar, Sri.”“Mungkin iya, Mbak.”“Tadi anakmu sudah makan belum ?”“Belum.”“Kalau begitu cepat kasih dia makan.”
Sri tersenyum. Menelan ludah yang terasa kian hambar di lidah yang sejak kemarin belum kemasukan makanan. Tawar dan getir adalah hiasan hidupnya.“Kok malah senyam-senyum. Wong anak sedang rewel kok dibiarkan.”“Anu, Mbak. Saya belum masak hari ini.” Jawab Sri dengan suara tercekat.Kening Wati berlipat seketika. Matanya menatap jam dinding yang sedang bergerak menunju angka sepuluh.
“Sampai siang begini belum masak? Kenapa?”“Ehm… “ Sri agak canggug meneruskan kalimatnya. “Beras kami habis.”Wati mulai menangkap permasalahan Sri, yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Nasibnya dengan Sri tidak jauh berbeda. Hanya saja Wati belum dikaruniai anak meskipun telah menikah hampir lima tahun.“Kalau habis, kenapa tidak beli Sri?” Pancing Wati.“Sebenarnya pengen beli, Mbak. Tapi… kami sedang tidak punya uang.” Wajah Sri menunduk, menyembunyikan rasa sedih yang telah menjadi teman dalam kesehariannya. Sri tahu, tak ada gunanya berpura-pura di depan Wati. Wanita itu tahu persis bagaimana kehidupannya. Hanya saja Sri tidak enak hati kalau dengan keterusterangannya membuat Wati iba dan ikut bingung mencari jalan keluarnya. Bagaimanapun Sri juga menyadari kalau nasib Wati juga tidak lebih baik darinya. Mereka sama-sama perantau dari kampung yang ingin merubah nasib di kota seperti Surabaya. Hanya saja rumah petak mereka letaknya agak berjauhan.
“Kami menunggu Bapaknya Dian pulang.” Ucapnya lirih. Tangan kusamnya mengelus kening Dian, anak semata wayangnya yang telah tenang. Sebenarnya Sri tak yakin dengan ucapannya. Pekerjaan suaminya yang hanya penarik becak tidak bisa diharapkan setiap saat. Padahal tiap hari mereka harus memberi setoran kepada juragan becak. Sejak kemarin ia dan suaminya belum makan. Hanya minum air putih yang diberi sedikit gula. Segenggam beras yang tersisa dia buat bubur untuk anaknya. Dan hari ini Sri benar-benar tidak memliki apa-apa. Hanya beberapa sendok gula di toples. Sri dan suaminya memilih mengalah. Air gula yang ada mereka berikan untuk Dian.
“Sri.” Sapa Wati lembut. “Kamu tidak biasa hutang?”Sri menggeleng lemah. Ia begitu memegang erat wejangan suaminya agar tidak membiasakan berhutang. Hutang hanyalah jerat yang bisa mencekik setiap saat. Apalagi tak ada yang bisa dijadikan jaminan untuk membayar jika si peminjam suatu saat datang menagih. Itulah prinsip yang ditekankan suaminya.Wati trenyuh. Perasaan iba muncul tanpa bisa dicegahnya. Apalagi saat matanya menatap Dian yang telah pulas dalam gendongan Sri. Dian begitu pucat. Wajahnya tirus dengan perut yang agak membuncit. Kulitnya bersisik kasar karena kurang vitamin. Tanda-tanda kekurangan gizi tampak jelas di tubuhnya. Hening. Semua tenggelam dalam angan masing-masing.
“Aku ada uang lima ribu.” Wati menyodorkan selembar lima ribuan kepada Sri. “Pakailah.”Sri terkejut. Ia pandangi wajah Wati dan uang yang berada di tangannya bergantian. Ia yakin tetangganya dari kampug itu juga sedang membutuhkan uang. Suami Wati baru saja sakit. Pasti belum bisa menarik becak seperti suaminya. Apalagi saat ia teringat dengan pesan suaminya.“Jangan, Mbak. Pasti Mbak Wati juga membutuhkannya. Insyaalah saya masih bisa bertahan sampai bapaknya Dian pulang.”“Aku percaya kalian masih bisa bertahan. Tapi bagaimana dengan Dian? Dia sudah begitu kurus. Dia bisa sakit Sri. Kalau sampai itu terjadi pasti biayanya akan lebih mahal. Aku yakin kamu juga tidak tahu kapan suamimu pulang.”Sri mendesah. ibu mana yang tega anaknya sampai kekurangan gizi. Ia pun sebenarnya iba melihat nasib Dian. Ditatapnya wajah Dian yang begitu tenang. Sebutir cairan bening mengumpul memenuhi sudut-sudut matanya.
“Tapi kalau uang ini aku pinjam, bagaimana dengan Mbak Wati?”“Tenang Sri. Aku biasa pinjam ke warung dekat rumah. Mas Darmin juga sudah sembuh. Insyaalah besok sudah bisa narik lagi.” Jawaban Wati tidak membuat Sri lega. Tapi Sri benar-benar tidak punya pilihan saat itu.“Terimaksih, Mbak. Nanti kalau bapaknya Dian dapat uang pasti segera kukembalikan.”“Ya sudah, cepet belanja. Aku pamit dulu. Nanti Mas Darmin bingung kalau aku tidak segera pulang.”“Iya, iya Mbak. Sekali lagi terimaksih, Mbak.”
* * *Derit roda sayup terdengar. Roda yang selalu berputar meyusuri setiap jengkal jalan hidupnya. Setiap deritnya selalu meberikan harapan bagi Sri dan Yanto. Harapan itulah yang membuat mereka sanggup bertahan hidup. Ia yakin nasibnya berjalan seperti roda. Kadang dibawah, namun suatu saat roda itu pasti akan bergerak ke atas. Meskipun putaran roda kehidupan itu dirasanya berjalan sangat lambat untuk bisa mencapai puncak.. Tapi roda itu tidak boleh berhenti. Harapan dan impian telah membuat roda itu tetap berputar. Bergerak. Menggelinding. Meski perlahan.
“Assalamualaikum.” Suara yang begitu dikenal muncul dari arah pintu triplek.“Wa’alikum salam.” Sri segera menyambut dan mencium tangan si empunya suara.Sri menatap wajah suaminya dengan mata berbinar. Yanto dibuat tak enak hati karenanya. Wajahnya pias melihat tatapan isrtinya.“Maafkan aku, ya.” Suara Yanto tedengar berat. “Ternyata hari ini pun aku gagal mendapatkan uang lima ribu yang kujanjikan pagi tadi.” Wajahnya menunduk, takut melihat reaksi istri tercintanya.Sri tak kaget. Ia sudah menduganya. Tangannya menggandeng tangan suaminya menuju ruang tengah yang berfungsi sebagai tempat makan sekaligus ruang tidur.
“Mas yanto pasti capek dan lapar. Sekarang, Mas makan dulu.” Ajak Sri lembut sambil membuka tudung nasi..Yanto terlonjak. Ia tak percaya melihat hidangan istimewa di depannya. Sebakul nasi putih yang megepul hangat, semangkuk sayur bayam dan beberapa potong tempe telah tersaji rapi di atas meja kayu yang kakinya telah lapuk.“Dari mana semua makanan ini, Sri?” Tanya yanto dengan suara gagap.“Sudahlah, Mas Yanto makan dulu. Dari kemarin sampeyan belum makan. Kalau sampe Mas Yanto sakit, kita semua akan semakin repot.” Tangan Sri telah menyendok nasi ke piring untuk Yanto. Dengan cekatan, Sri menambahkan sepotong tempe dan sesendok sayur di atasnya.“Tapi semua ini dari mana, Sri?” Tanya Yanto sekali lagi.“Saya akan cerita kalau Mas Yanto mau makan.”Yanto menurut. Dengan ragu tangannya menyendok nasi dari piring. Setelah yakin suaminya menikmati makanannya, barulah Sri bercerita.“Mas, tadi Mbak Wati sepulang mencuci dari Bu Handoyo mampir.” Sri diam sejenak. Melihat reaksi suaminya. Kemudian mengalirlah kisah hidupnya sepagi tadi sampai akhirnya semua hidangan istimewa dapat tersaji di meja makan mereka.
Uhuk!Uhuk!Yanto tersedak. Buru-buru Sri menuangkan air putih ke gelas plastik yang di dekatnya.“Pelan, Mas. Nggak usah buru-buru.”Yanto diam. Menatap wajah istrinya dalam-dalam. Begitu banyak kalimat yang ingin ia ucapkan kepada istrinya. Tapi mulutnya tetap terkunci. Ia tidak pernah tega menyakiti wanita yang begitu rela menemaninya hidup menderita. Tapi Yanto sangat gusar mengingat kejadian yang dialaminya sebelum pulang ke rumah.Rasa nikmat yang baru didapatnya lenyap seketika. Menu istimewa yang ada di depannya tidak lagi menggoda selera makannya. Hambar. Itulah yang dirasakan lidahnya saat ini.“Kenapa kamu mau menerima uang dari Mbak Wati?” Jelas terdengar suara Yanto begitu berat.“Sebenarnya sudah kutolak, Mas. Tapi Mbak Wati memaksa. Ia tidak tega melihat Dian, anak kita. Aku juga tidak tega kalau sampai Dian jatuh sakit karena tidak makan apa-apa. Pasti nanti kita akan butuh uang lebih banyak untuk mengobati Dian. Akhirnya aku pun menerima uang lima ribu itu. Maafkan aku, Mas. Aku tahu Mas tidak suka hutang. Tapi kita sedang tidak punya pilihan.” Ada rasa bersalah dalam nada bicara Sri. Wajahnya menunduk. Ia pun tidak berselera untuk melanjutkan sarapan yang sekaligus juga makan siang.
“Sri, sebelum pulang aku tadi mampir menjenguk Mas Darmin.Tak kulihat makanan di rumahnya. Ia sedang menunggu Mbak Wati yang meminjam uang pada Bu Handoyo setelah mencuci.” Yanto diam sejenak. Mengatr nafas yang semakin tidak teratur. “Aku semakin tidak tega saat melihat Mbak Wati diomeli pemilik warung ketika akan berhutang lagi. Apa kamu tega makan semua ini, Sri?” Yanto berdiri. Tangannya menyambar topi lusuh yang tergeletak di kursi.
“Mas Yanto mau kemana?”“Keluar. Mencari uang untuk mengganti uang Mbak Wati.” Yanto melangkah tanpa menoleh ke belakang.Sri terpaku. Memandangi punggung suaminya yang basah oleh keringat. Ada perih di hatinya. Ada rasa bersalah yang begitu desak-mendesak dadanya. Sebutir bening telah menggantung di kedua sudut matanya.Ia segera bergegas membungkus semua makannnya. Tak ada cara lain. Ia harus mengantarkan makanan itu untuk Wati.“Mbak Wati, maafkan aku.” Ucap Sri hampir tak terdengar.